Loading

Homeschooling dan Perbedaan Budaya Belajar

Unknown | Rabu, Maret 19, 2014 |
Homeschooling merupakan pendidikan alternatif yang pastinya memiliki kendala terutama dari lingkungan yang tentu saja membutuhkan konsisten, keyakinan dan pengertian untuk menyikapinya.


Menempuh pendidikan bisa didapat darimana saja dan tidak hanya tergantung dari metode sekolah yang selama ini dikenal. Di kalangan masyarakat perkotaan khususnya, program homeschooling bukanlah satu hal yang asing lagi. Ada beberapa alasan yang menyertainya seperti kurang puasnya para orang tua terhadap struktur pembelajaran yang terkesan terlalu berat bagi anak hingga tindakan preventif  terhadap perkembangan jiwa.

Tentu saja, hal ini sah-sah saja dilakukan sepanjang mereka mengetahui secara pasti tentang jalur yang dipilih mengingat masih banyak kendala yang harus dihadapi. Salah satunya adalah sulitnya menjembatani budaya belajar antara pendidikan formal di sekolah dan pendidikan non-formal di rumah. Selain itu, karena masih baru, sistem pendidikan ini belum diterima oleh semua pihak, terutama lembaga pendidikan tinggi, dan dunia kerja.

Homeschooling dan kurangnya iklim kompetisi

Kesan remeh memang terus menguntit perjalanan program homeschooling sejak diluncurkan. Salah satunya adalah tidak terciptanya budaya bersaing, seperti halnya ketika siswa belajar di kelas. Persaingan antar teman sekelas (untuk menjadi nomor satu) merupakan tantangan tersendiri, dan dapat memicu anak untuk lebih giat belajar. Sementara itu, dengan pendidikan berbasis rumah, siswa tidak memiliki saingan. Hal ini kerap kali mematikan semangat belajar anak, karena tidak adanya motif untuk menjadi yang terdepan.

Homeschooling dan penerimaan masyarakat

Salah satu tantangan kultural yang dihadapi homeschooling adalah penerimaan oleh masyarakat sekitar. Tidak bisa dipungkiri, selama ini anak-anak yang belajar di rumah cenderung dinilai sebagai anak-anak yang Drop Out karena tidak bisa belajar layaknya anak-anak lain. Image seperti ini dapat melunturkan semangat anak untuk belajar, karena mereka sering mendapat sindiran halus saat berinteraksi atau bermain bersama teman-temannya.

Peran orang tua yang berlebihan

Orang tua memainkan peran penting terhadap proses belajar anak. Sayangnya, hal ini terkadang dapat menjadi tekanan tersendiri bagi anak. Karena belajar di rumah, anak sering merasa ‘terintimidasi’ dan terus berada di bawah bayang-bayang pengawasan orang tua. Akibatnya, kemandirian dan kreativitas anak menjadi tertekan. Anak takut berbuat salah; dan tidak berani mengungkapkan pendapatnya.

Jadi, saat memutuskan untuk memasukkan anak mengikuti program homeschooling, maka tugas pertama orang tua adalah mengenali motif sesungguhnya dari program ini. Jangan pernah memaksakan kehendak sendiri meski di mata orang tua terkesan bagus namun si kecil enggan untuk melakukannya. Hal ini bertujuan agar program yang dipilih dapat memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.

sumber foto: http://www.freedigitalphotos.net/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...